Rabu, 09 Februari 2011

RUH

• Ruh
Masalah-masalah asasi manusia yang sampai saat ini masih belum terjawab, menunjukkan kepada kita bahwa pengetahuan manusia itu sedikit dan sangat terbatas. Kondisi semacam itu telah diberitahukan oleh Allah swt kepada kita, melalui firmanNya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Jawablah : Ruh itu termasuk urusan Tuhan, pengetahuan yang di berikan kepada kamu itu hanya sedikit sekali”. QS-17:85.


Ruh menurut al-Quran adalah sbb:

1. Ruhul Kudus yaitu malaikat.

[16:102] Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

2. Wahyu yang dinamakan birruhi

[16:2] Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku".

3. Ruh dengan istilah Ruh atau birruhi

[15:29] Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud

Malaikat Jibril sebagai makhluk hidup spirituil mampu bergerak cepat menyampaikan wahyu Tuhan dibalik universum ini kepada RasulNya di palnet bumi yang merupakan bagian kecil dari universum.Malaikat adalah Ruhul Kudus.

Wahyu adalah sesuatu kekuatan yang bersifat spiritual yang bisa langsung menembus hati dan kesadaran manusia, sehingga orang yang menerima wahyu tersebut bisa menerima kebenaran dan sanggup menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Wahyu adalah ruh dan Allah swt menyebutnya birruhi.

Dengan demikian maka ruh dalam pengertian sebagai ruh itu sendiri mempunyai potensi setara, seperti yang dimiliki oleh malaikat maupun oleh wahyu, yaitu potensi spiritual, yang diberikan kepada manusia, yang mampu membawa manusia untuk meningkatkan kreativitas hidup dan melahirkan kebudayaan. Oleh karena itu hanya manusia yang dapat melahirkan kebudayaan, sebab hanya manusia yang diberikan ruh oleh Tuhan


Diluar tiga pengertian tersebut Allah swt menyebut dengan istilah nafs, disitulah yang sangat menarik untuk dikaji sesuai dengan infomasi yang ada didalam al-Quran tersebut.

Kajian pertama misalnya:

Adakah hubungannya jiwa dengan ruh?

[7:172] Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Dialog diatas terjadi antara Jiwa dengan Allah swt,karena memakai kata dasar Nafs.

" Tiap-tiap makhluk yang berjiwa akan merasakan kematian" QS 3/185.

Lalu mati itu gimana? Dalam keterangan ayat dibawah ini dijelaskan sbb:

[8:50] Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) : "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri)

Jadi kematian itu diambilnya jiwa dari tubuh manusia.

Lalu hubungan ruh dengan manusia?

[15:29] Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Ada dua kalimat disana yaitu sempurna kejadian dan peniupan ruh. Dan perintah tunduk serta sujud itu setelah peniupan ruh. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sempurnanya kejadian itu manusia sudah hidup dan berjiwa atau justru jiwa itu dalam kalimat tersebut adalah ruh itu sendiri?

[78:38] Pada hari, ketika ruh1550 dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.

[81:7] dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)

Dari kedua ayat tersebut jelas bahwa ruh itu yang dimaksud dengan jiwa. Karena kematian itu diambilnya jiwa dari tubuh manusia.

Lalu kenapa ada istilah ruh dan isilah jiwa.

Kalau melihat ayat:

" Tiap-tiap makhluk yang berjiwa akan merasakan kematian" QS 3/185.

Tentunya pohon dan binatang mengalami kematian,artinya mereka berjiwa, jadi khusus buat manusia namanya ruh.

dengan melihat diatas maka jika ada orang yang menyatakan bisa Out of Body Exeiences (OBE) rasanya bukan obe keluar jiwanya, sebab keluar jiwa itu nggak bisa sembarangan harus melalui malaikat dan artinya kematian . Proses OBE terjadi bukan dengan jalan keluarnya ruh tapi proses lain







Postingan dari sahabat
Masalah-masalah asasi manusia yang sampai saat ini masih belum terjawab, menunjukkan kepada kita bahwa pengetahuan manusia itu sedikit dan sangat terbatas. Kondisi semacam itu telah diberitahukan oleh Allah swt kepada kita, melalui firmanNya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Jawablah : Ruh itu termasuk urusan Tuhan, pengetahuan yang di berikan kepada kamu itu hanya sedikit sekali”. QS-17:85.
قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّيArruhi min amri rabbi, tidak hanya bisa diterjemahkan sebagai "termasuk urusan Robb" tetapi bisa juga disebut sebagai atas perintah Robb, pengertian ini sangat cocok dengan

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم. Jadi Ar Ruuh (jamak) itu adalah sebenarnya suatu makhluk ciptaan Allah yang diutus untuk memberikan kepada manusia suatu petunjuk. Petunjuk itu adalah suatu kesadaran bahwa manusia itu seharusnya mengabdi hanya kepada Allah saja bukan kepada selain Allah.

Jelas A Ruuh bukan roh sebagaimana difahami banyak manusia


Postingan dari sahabat
Ruh menurut al-Quran adalah sbb:

1. Ruhul Kudus yaitu malaikat.

[16:102] Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Jadi Ar Ruuh bisa juga berupa Al Malaaikah atau bisa juga suatu kekuatan yang menimbulkan semangat/spirit bagi manusia untuk mengabdi kepada Allah saja.



Postingan dari sahabat
2. Wahyu yang dinamakan birruhi

[16:2] Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku".
Bi Ar Ruuhi sebenarnya sama dengan pengertian diatas, tetapi diterjemahkan wahyu juga tidak salah.

Menurut Wikipedia
Etimologinya berasal dari kata kerja bahasa Arab وَحَى (waḥā) yang berarti memberi wangsit, mengungkap, atau memberi inspirasi.

Dalam syariat Islam, wahyu adalah qalam atau pengetahuan dari Allah, yang diturunkan kepada seorang nabi atau rasul dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Prosesnya datangnya wahyu bisa melalui suara, berupa firman dan melalui visi/mimpi.

Tetapi yang penting bahwa datangnya wahyu adalah adanya media penyampai yaitu Ar Ruuh tadi
Postingan dari sahabat
3. Ruh dengan istilah Ruh atau birruhi

[15:29] Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud

Malaikat Jibril sebagai makhluk hidup spirituil mampu bergerak cepat menyampaikan wahyu Tuhan dibalik universum ini kepada RasulNya di planet bumi yang merupakan bagian kecil dari universum.Malaikat adalah Ruhul Kudus.


Wahyu adalah sesuatu kekuatan yang bersifat spiritual yang bisa langsung menembus hati dan kesadaran manusia, sehingga orang yang menerima wahyu tersebut bisa menerima kebenaran dan sanggup menyampaikan kebenaran kepada orang lain. Wahyu adalah ruh dan Allah swt menyebutnya birruhi.

Dengan demikian maka ruh dalam pengertian sebagai ruh itu sendiri mempunyai potensi setara, seperti yang dimiliki oleh malaikat maupun oleh wahyu, yaitu potensi spiritual, yang diberikan kepada manusia, yang mampu membawa manusia untuk meningkatkan kreativitas hidup dan melahirkan kebudayaan. Oleh karena itu hanya manusia yang dapat melahirkan kebudayaan, sebab hanya manusia yang diberikan ruh oleh Tuhan
Ar Ruuh dalam ayat ini bukan roh tetapi masih sekitar datangnya ilmu Allah atau ketika seorang manusia menerima wahyu dari Allah, kewajiban manusia setelah mengetahui ada seseorang yang menerima wahyu adalah harus tunduk (diistilahkan sebagai " tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud") kepadanya karena dia telah dipilih Allah untuk menjadi penyampai berita gembira dan peringatan. Pengertian meniupkan disini bukan meniup sebagaimana manusia meniupkan tetapi memberikan kepemahaman pelan-pelan dan bertahap, sebagaimana diterima oleh nabi Muhammad SAW proses "peniupan" itu berlangsung selama 23 tahun.

Walaupun orang-orang setelah nabi-nabi sebelumnya selalu saja diperingatkan dengan hal ini, tetapi kebanyakan manusia akan menolak bila ada orang yang datang kepada mereka yang mengaku mendapatkan wahyu.

Postingan dari sahabat
Diluar tiga pengertian tersebut Allah swt menyebut dengan istilah nafs, disitulah yang sangat menarik untuk dikaji sesuai dengan infomasi yang ada didalam al-Quran tersebut.

Kajian pertama misalnya:

Adakah hubungannya jiwa dengan ruh?

[7:172] Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Dialog diatas terjadi antara Jiwa dengan Allah swt,karena memakai kata dasar Nafs.
Nafs itu bukan saja bisa diterjemahkan dengan jiwa tetapi bisa diterjemahkan dengan nafsu sebab didalam al Quran ada disebut nafsul muthmainah dan ada nafsul lawamah. Didalam diri manusia hidup ada potensi baik dan potensi buruk,kedua potensi itu dinamakan nafs atau kesadaran dan keduanya ada didalam otak manusia yang disebut hyphotalamus. Hyphotalamus ini adalah adalah sebuah organ otak yang berfungsi untuk mengatur nafsu, kalau hyphotalamus ini lebih dikuasai oleh nafs lawamah maka manusia akan memiliki kesadaran rendah tentang perlunya taat kepada Allah (dengan mentaati hukum-hukumNya), manusia lebih menitik beratkan keputusan gerakan hidupnya dan kemauan serta setiap langkahnya berdasarkan pertimbangan egonya sendiri.

Ar Ruuh diutus untuk mengisi kesadaran manusia dengan ilmu agar hyphotalamus manusia condong kearah kebaikan, ketaatan, kedisiplinan dst. Ilmunya adalah menyampaikan ayat-ayat Allah. Kalau manusia bisa mengendalikan hyphotalamusnya dengan mengisi lebih banyak nafsul muthmainah, maka ayat-ayat al Quran akan bekerja membimbing dirinya.

Nah berkenaan dengan ayat QS.7:172 itu bukanlah suatu perjanjian antara roh dengan Tuhan didalam kandungan, tetapi masih pada kaitannya QS.15:29 yaitu tatkala Allah menurunkan wahyu yang dibawa Ar Ruuh, maka pastilah akan terjadi perjanjian antara sipenerima dengan Allah.

Sebagai jawaban bahwa peniupan itu bukan terjadi ketika bayi masih didalam kandungan, bahwa bila ayat itu berkenaan dengan peniupan didalam kandungan maka tidak akan ada orang yang meghianati perjanjian dengan Allah, kenyataanya anak seorang Nasrani, Protestan, Budha, Hindu dia akan menjadi Nasrani, Protestan, Budha dan Hindu. Walaupun didalam perjalannya kemudian ada yang berubah-ubah kepercayannya.


Postingan dari sahabat
" Tiap-tiap makhluk yang berjiwa akan merasakan kematian" QS 3/185.

Lalu mati itu gimana? Dalam keterangan ayat dibawah ini dijelaskan sbb:

[8:50] Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) : "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar", (tentulah kamu akan merasa ngeri)

Jadi kematian itu diambilnya jiwa dari tubuh manusia.
Didalam istilah Al Quran, maka yang disebut kematian bukan hanya kematian pisik tetapi bisa juga kematian jiwa. Seseorang yang mengaku muslim tetapi menolak untuk berjanji kepada Allah untuk taat kepada aturan Allah secara kaffah adalah orang yang mati (jiwanya)

Postingan dari sahabat
Lalu hubungan ruh dengan manusia?

[15:29] Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Ada dua kalimat disana yaitu sempurna kejadian dan peniupan ruh. Dan perintah tunduk serta sujud itu setelah peniupan ruh. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sempurnanya kejadian itu manusia sudah hidup dan berjiwa atau justru jiwa itu dalam kalimat tersebut adalah ruh itu sendiri?

[78:38] Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar

[81:7] dan apabila ruh-ruh dipertemukan (dengan tubuh)

Dari kedua ayat tersebut jelas bahwa ruh itu yang dimaksud dengan jiwa. Karena kematian itu diambilnya jiwa dari tubuh manusia.

Lalu kenapa ada istilah ruh dan isilah jiwa.

Kalau melihat ayat:

" Tiap-tiap makhluk yang berjiwa akan merasakan kematian" QS 3/185.

Tentunya pohon dan binatang mengalami kematian,artinya mereka berjiwa, jadi khusus buat manusia namanya ruh.

dengan melihat diatas maka jika ada orang yang menyatakan bisa Out of Body Exeiences (OBE) rasanya bukan obe keluar jiwanya, sebab keluar jiwa itu nggak bisa sembarangan harus melalui malaikat dan artinya kematian . Proses OBE terjadi bukan dengan jalan keluarnya ruh tapi proses lain
Ini juga penafsiran tidak tepat,Ar Ruuh dan nafs adalah dua hal yang berbeda.
> Renungan : ESQ, Kecerdasan Spiritual & Kecerdasan Emosi
ESQ. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain, bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.
Pengertian EQ : Istilah kecerdasan emosi (EQ) baru dikenal secara luas pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitkannya buku Darnel Goleman : Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Menggunakan ungkapan Howard Gardner, kecerdasan emosi terdiri dari kecakapan, diantaranya : intrapersonal intelligence dan interpersonal intellegence.Intrapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari :
1. Kesadaran diri meliputi : keadaan emosi diri, penilaian pribadi, percaya diri.
2. Pengaturan diri meliputi : pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif.
3. Motivasi meliputi : dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.
Sedangkan interpersonal intelligence merupakan kecakapan berhubungan dengan orang lain yang terdiri dari :
1. Empati meliputi : memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis.
2. Ketrampilan sosial meliputi : pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kerja team.
> Tiga langkah kembangkan EQ (Emotional Quotient) :
1. Membuka hati : ini adalah langkah pertama karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati kitalah yang merasa damai saat kita berbahagia, hati kita merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah atau patah hati. Kita mulai dengan membebaskan pusat perasaan kita dari impuls dan pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan cinta satu sama lain.
2. Menjelajahi dataran emosi : sekali kita telah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan. Kita dapat berlatih cara mengetahui apa yang kita rasakan. Kita mengetahui emosi yang dialami orang lain. Singkatnya, kita menjadi lebih baik dan bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan orang di sekitar kita.
3. Mengambil tanggung jawab : untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus mengambil tanggung jawab. Kita dapat membuka hati kita dan memahami peta dataran emosional orang di sekitar kita.
Jika seseorang mempunyai hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.***





Mengenal Diri
April 18, 2010 by abidzare
Mengenal jati diri menurut Al-Qur’an
Kita mengetahui bahwa Al-Qur’an itu adalah petunjuk hidup kita, tapi sangat disayangkan banyak sekali yang tidak bisa membaca pedoman hidupnya, yang sangat disayangkan lagi bisa membaca pedoman hidupnya tapi tidak mengerti apa yang dibacanya.Karena yang dibaca hanya tulisan arabnya
Ada pertanyaan yang kita akan dibahas dalam kesempatan ini.Saya ingin berbagi ilmu dgn membahas Al-Qur’an dengan bahasa kita, semoga bermanfaat.


Ada 4 pertanyaan yang akan kita bahas yaitu :
Siapa saya ?
Darimana saya ?
Sedang dimana saya ?
Mau kemana saya ?
Nabi Muhammad SAW beritahukan kita bahwa Allah itu dulu sendirian, lalu Allah ingin dikenal, maka Allah ciptakan pertama kali malaikat dari nur dan jin dari naar.
Entah berapa lama dengan makhluk tsb lalu Allah ciptakan alam dengan segala isinya. Lalu diciptakannya manusia pertama yaitu NABI ADAM A.S
Bagaimana Allah menceritakan? Sebaiknya Al-Qur’an itu kita bahasakan ke bahasa kita (maksudnya kita baca juga terjemahannya dlm bahasa indonesianya supaya faham)
Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat 19 ayat 97 (QS. 19 : 97) yang artinya : Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an itu denganbahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.
(kata bahasamu, mu siapa? Mu Muhammad, krn Muhammad orang Arab maka bahasa Arab. Bagaimana jika yang orang Indonesia? Baca terjemahan bahasa indonesianya supaya faham, supaya bisa diambil pelajaran)
Tadi dikatakan bahwa diciptakan manusia pertama yaitu

NABI ADAM.
Dimana firman Allah dlm Al-Qur’an tentang Penciptaan Adam QS. 38 ; 71-72 yang artinya : (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”, maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)KU: maka hendaklah kamu tersujud sungkur dengan bersujud kepadanya”.
Setelah Nabi Adam diciptakan semua malaikat disuruh sujud, maka sujudlah semua malaikat kec. Iblis. Iblis itu golongan jin yang membangkang. Lalu ditanya oleh Allah kenapa ia tidak mau sujud.
Iblis diusir ut turun dr surga tapi minta ditangguhkan. Untuk apa dia minta ditangguhkan? Untuk menggoda anak cucu Adam. Digodalah Nabi Adam sedemikian rupa sehingga Nabi Adam tergoda. Lalu Nabi Adam ditegur oleh Allah, tapi Nabi Adam terus berdoa siang dan malam memohon ampun (doa yg terkenal : Robbana Dzolamna anfusana dst…)
Namun Nabi Adam tidak bis tinggal di surga, maka turunlah Nabi Adam ke bumi bersama iblis tadi.
Yang jadi pertanyaan : tentang kejadian kita. Kalau Nabi Adam diciptakan dari tanah.

Bagaimana dengan kejadian kita?
Kejadian kita sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an :QS.23 ;12-13 yang artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Allah beritahukan apa yang kita makan diambil saripatinya lalu disimpan dalam tulang dada pada wanita dan tulang punggung pada laki-laki.Kemudian datang kewajiban menikah.
Dari air setetes tadi awal kejadian manusia. Setelah dibentuk jabang bayi.
Setelah kejadian jasad kita sempurna lalu ditiupkan ruh kedalamnya sehingga kita hidup. Setelah sembilan bulan lahirlah jabang bayi tersebut ke dunia.
Dikatakan kita hidup karena bersatunya jasad dengan ruh. QS. 32 ; 8-9
Selama ini yang kita rawat jasad saja, boleh-boleh saja kita merawat jasad, tapi jangan lupa ruh juga butuh dirawat dan butuh pendididkan.Kalau jasad nanti mau dimakan cacing.Kebutuhan ruh jangan diabaikan, ruh juga perlu pendidikan. Kita biasa menyebutnya pendidikan jasmani dan rohani.
Jadi terjawablah sekarang siapa saya? Saya adalah RUH
Darimana saya? Saya datang dari Allah
Apa yang kita tunggu sekarang? Yang kita tunggu adalah datangnya malaikat pencabut nyawa. Nanti ruh itu ada yang dicabut dg lembut ada yang dicabut dg keras.
F irman Allah dalam Al-Qur’an, QS. 79 (An-Naazi’aat) ; 1– 2
Yang artinya : Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengankeras, dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut.
Pertanyaan ketiga : Sedang dimana saya?? Saya sedang di dunia.
Kita Tanya sama Allah. Dunia itu apa ya Allah?
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat 40 ; 39 (QS. 40 ; 39) yang artinya : Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Lalu timbul Pertanyaan ke 4. Mau kemana kami ya Allah?
Al-Qur’an Surat 99 : 1-8 (QS. 99 ; 1- yang artinya : Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya : ”Mengapa bumi jadi begini?”, pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka). Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Demikianlah Allah menceritakan dimana bumi ini akan diremak dan dihancurkan, diratakan oleh Allah. Entah beberapa tahun, lalu ditiuplah sangkakala ke 2 sebagaimana firman Allah QS. 36 ; 51-53 maka kita semua dibangkitkan dr kubur dalam keadaan yang bermacam-macam, ada yang hitam dan ada yang putih.
Lalu ada yg berteriak siapa yang membangunkan kami dr kubur (orang yg taqwa merasakan seperti orang yang tidur nyenyak tidak merasakan penderitaan sama sekali)
Ada juga yang keluar dr kubur matanya buta, dan ada juga yang mukanya hitam.
Kalau yang keluar wajahnya putih… Masuklah kamu ke syurga.
Tapi ada juga yang berteriak-teriak minta dikemballikan ke duniasebagaimana firman Allah dlm QS. 32;12 yang artinya :
dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.
Tapi yang tadi berteriak-teriak tidak dikabulkan permintaannya.
Apa yang kita lakukan di dunia? diibaratkan kita hidup di dunia ini sebagai panggung sandiwara, tentunya ada sutradara (yaitu Allah), ada pemain (kita sebagai pemain), ada skenarionya (yaitu Al-Qur’an).
Kalau kita sebagai pemain tidak mengikuti skenario tentunya tidak bisa memerankan peran yang harus kita lakukan.
Jika kita mau ke surga bagaimana? ikuti petunjuk Allah. sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat 20 (Thaahaa): 123 (QS. 20 ; 123) yang artinya : Allah berfirman: ”Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamupetunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-KU, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.
cara membaca al-qur’an juga diajarkan oleh Allah agar kita tidak tersesat dan tidak celaka hidup di dunia, sebagaimana salah satu firman Allah dalam Al-Qur’an surat 38 ; 29 (QS. 38 ; 29), yang artinya:
(Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran)
Hasil dari baca Al-Qur’an tadi dapat diambil pelajaran (itulah tujuan baca Al-Qur’an) yaitu untuk mengobati penyakit-penyakit yang ada dalam dada. (seperti pelit, buruk sangka, sombong, takabur,riya dll) sebagaimana firman Allah dalam (QS. 10 ; 57) yang artinya :Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Jika baca ayat hanya ut tujuan tertentu tentunya tidak sesuai dengan kehendak Allah..
Apakah orang yang sholat pasti masuk syurga? Tidak semua karena ada orang yang sholat tapi celaka, karena lalai dalam sholatnya kata Nabi sholat itu se akan-2 bertemu dengan Allah (mi’raj).Sebagaimana firman Allah QS.107 ; 1 – 7 yang artinya : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna
Sekedar sharing, semoga bermanfaat.
24 Juli 2008
Kajian Ahad – Ust. Ibu Farida Hanum
Kehidupan dunia kesenangan yang yang menipu QS. 57 (Al-Hadiid) ; 20
Diantara istri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, mka berhati-hatilah terhadap mereka QS, 64 (At-Taghaabun) ; 14

Spiritual Intelligence (SQ) Keterampilan
Tinggi Diri / Ego Kesadaran diri
1. Kesadaran pandangan dunia sendiri
2. Kesadaran hidup) tujuan (misi
3. Kesadaran hirarki nilai-nilai
4. Kompleksitas pemikiran batin
5. Kesadaran Ego diri / Higher Self
Kesadaran Universal
6. Kesadaran keterkaitan dari semua
kehidupan
7. Kesadaran pandangan dunia orang lain
8. Luas persepsi waktu
9. Kesadaran akan keterbatasan / kekuatan manusia
persepsi
10. Kesadaran Spiritual hukum
11. Pengalaman kesatuan transenden
Tinggi Diri / Ego Penguasaan diri
12. Komitmen untuk pertumbuhan rohani
13. Menjaga Diri Tinggi bertugas
14. Tujuan hidup Anda dan nilai-nilai
15. Mempertahankan iman Anda
16. Mencari bimbingan dari Roh
Sosial Penguasaan / Kehadiran Spiritual
17. A dan efektif spiritual bijaksana
guru / mentor
18. A dan agen perubahan yang efektif bijaksana
19. Membuat keputusan yang welas asih dan bijaksana
20. A, menenangkan penyembuhan kehadiran
21. Menjadi selaras dengan pasang surut dan aliran kehidupan
Masing-masing keterampilan telah dijelaskan dalam lima tingkat kemahiran keterampilan. Tingkat 0
tersirat, dan berarti bahwa orang tersebut belum mulai mengembangkan keterampilan itu. Tingkat
5 merupakan level tertinggi kami mengukur dengan-kami online self assessment. Tidak ada keterampilan atau
Tingkat dianggap "diperlukan." Dan bahkan di Level 5 seseorang tidak dianggap
"Selesai" karena selalu ada ruang untuk tumbuh.
Skill 5: Kesadaran Higher Self / Ego diri
Tingkat 1
Dapat mengkomunikasikan pemahaman tentang sifat Ego diri termasuk unit
asal dan tujuan melayani dalam pembangunan rohani
2
Menunjukkan kemampuan untuk mengamati Ego pribadi dalam operasi dan
komentar tentang apa yang tampaknya memicu letusan Ego
3
Menunjukkan kesadaran dan kemampuan untuk secara berkala "mendengarkan" Roh
atau lebih tinggi Diri sebagai suara terpisah dari Ego diri
4
Mendengar suara Roh atau Higher Self jelas dan memahami
"Beberapa suara" yang dapat memiliki Ego diri. Memberikan wewenang untuk suara
Tinggi Diri dalam keputusan penting.
Tingkat tertinggi
5
Roh atau Diri Tinggi suara jelas dan konsisten. Ego diri hadir
dan merupakan penasihat menyenangkan untuk Higher Self. Tidak ada lagi perjuangan
antara dua suara. Sebaliknya ada rasa hanya "suara satu"
... Higher Self (Authentic Self, Roh) suara







Sabtu Wage, 18 September 2010/9 Syawwal 1431 Pukul 9:31:44 Pagi
Ahad Kliwon
Kitab Arba'in fi Ushuliddin
Mushalla PP Nurul Huda Malang
Ba'da Subuh
Kifayatul Atkiya'
Pondok Pesantren K. Mabrur Karangploso Malang
Ba'da Dhuhur

Qunut Nazilah
Bantulah umat Islam yang mengalami bencana dengan membaca qunut Nazilah dalam setiap shalat fardlu agar Allah dapat memberikan pertolongan pada mereka.
Selengkapnya ...

Artikel Keislaman

Edit
Eksistensi Ruh dalam Tinjauan Ulama Islam
Indeks > Artikel > Eksistensi Ruh
Pendahuluan
Al Qur'an telah membahas tentang hakekat asal-usul manusia yang di awali dari proses kejadian manusia yaitu dari segumpal darah al-alaq(QS. 96:1-5), dan setelah melewati beberapa tahapan dan sempurna kejadiannya, dihembuskan-Nyalah kepadanya ruh ciptaan Tuhan (QS. 38:71-72).1
Dari ayat-ayat di atas menjadi jelas bahwa hakekat manusia terdiri dari dua unsur pokok yakni, gumpalan tanah (materi/badan) dan hembusan ruh (immateri). Di mana antara satu dengan satunya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan agar dapat di sebut manusia. Dalam perspektif sistem nafs, ruh menjadi faktor penting bagi aktivitas nafs manusia ketika hidup di muka bumi ini, sebab tanpa ruh, manusia sebagai totalitas tidak dapat lagi berpikir dan merasa.2
Ruh adalah zat murni yang tinggi, hidup dan hakekatnya berbeda dengan tubuh. Tubuh dapat diketahui dengan pancaindra, sedangkan ruh menelusup ke dalam tubuh sebagaimana menyelusupnya air ke dalam bunga, tidal larut dan tidak terpecah-pecah. Untuk memberi kehidupan pada tubuh selama tubuh mampu menerimanya. Sudah lama "kemisteriusan" ruh menjadi perdebatan di kalangan ulama Islam (teolog, filosof dan ahli sufi) yang berusaha menyingkap dan menelanjangi keberadaannya. Mereka mencoba mengupas dan mengulitinya guna mendapatkan kepastian tentang hakekat ruh.
Pembahasan
Dalam bahasa Arab, kata ruh mempunyai banyak arti.
 Kata روح untuk ruh
 Kata ريح (rih) yang berarti angin
 Kata روح (rawh) yang berarti rahmat.
Ruh dalam bahasa Arab juga digunakan untuk menyebut jiwa, nyawa, nafas, wahyu, perintah dan rahmat.3 Jika kata ruhani dalam bahasa Indonesia digunakan untuk menyebut lawan dari dimensi jasmani, maka dalam bahasa Arab kalimat
روحانيون * روحاني
Digunakan untuk menyebut semua jenis makhluk halus yang tidak berjasad, seperti malaikat dan jin.4
Dalam al-Qur'an, ruh juga digunakan bukan hanya satu arti. Term-term yang digunakan al-Qur'an dalam penyebutan ruh, bermacam-macam. Diantaranya ruh di sebut sebagai sesuatu:
وَيَسْأَلُونَكَعَنِالرُّوحِقُلِالرُّوحُمِنْأَمْرِرَبِّيوَمَاأُوتِيتُمْمِنَالْعِلْمِإِلَّاقَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra': 85)
Hanya saja, ketika ruh manusia diyakini sebagai zat yang menjadikan seseorang masih tetap hidup
الروحانهمابهحياةالنفس
atau seperti yang dikatakan al-Farra' [5]
الروحهوالذييعيشبهالإنسان
Serta jawaban singkat al-Qur'an atas pertanyaan itu (lihat QS. Al-Isra': 85), menunjukkan bahwa ruh akan tetap menjadi "rahasia" yang kepastiannya hanya bisa diketahui oleh Allah semata.
Selanjutnya al-Qur'an juga banyak menggunakan kata ruh untuk menyebut hal lain, seperti:
1. Malaikat Jibril, atau malaikat lain dalam QS. Al-Syu'ara' 193, al-Baqarah 87, al-Ma'arij 4, al-Naba' 38 dan al-Qadr 4.
(الروحالأمين , روحالقدس , (والروحالملئكة
2. Rahmad Allah kepada kaum mukminin dalam QS.al-Mujadalah 22
وأيدهمبروحمنه
3. Kitab suci al-Qur'an dalam QS. Al-Shura 52.6
وكذلكأوحيناإليكروحامنامرنا
Tentang bagaimana hubungan ruh itu sendiri dengannafs, para ulama berbeda pendapat mengenainya. Ibn Manzur mengutip pendapat Abu Bakar al-Anbari yang menyatakan bahwa bagi orang Arab, ruh dan nafs merupakan dua nama untuk satu hal yang sama, yang satu dipandang mu'anath dan lainnya mudhakkar.7
Makalah berikut ini berusaha menjelaskan beberapa pendapat 'ulama Islam yang berusaha menjelaskan pengertian, kedudukan dan hubungan ruh dengan nafs dalam diri manusia, berdasarkan rentang urutan hidup mereka:
Ibnu Sina (370-428 H/980-1037 M)
Ibnu Sina mendefinisikan ruh sama dengan jiwa (nafs). Menurutnya, jiwa adalah kesempurnaan awal, karena dengannya spesies (jins) menjadi sempurna sehingga menjadi manusia yang nyata. Jiwa (ruh) merupakan kesempurnaan awal, dalam pengertian bahwa ia adalah prinsip pertama yang dengannya suatu spesies (jins)menjadi manusia yang bereksistensi secara nyata. Artinya, jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh. Sebab, tubuh sendiri merupakan prasyarat bagi definisi jiwa, lantaran ia bisa dinamakan jiwa jika aktual di dalam tubuh dengan satu perilaku dari berbagai perilaku8 dengan mediasi alat-alat tertentu yang ada di dalamnya, yaitu berbagai anggota tubuh yang melaksanakan berbagai fungsi psikologis.
Ibnu Sina membagi daya jiwa (ruh) menjadi 3 bagian yang masing-masing bagian saling mengikuti, yaitu
1. Jiwa (ruh) tumbuh-tumbuhan, mencakup daya-daya yang ada pada manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Jiwa ini merupakan kesempurnaan awal bagi tubuh yang bersifat alamiah dan mekanistik, baik dari aspek melahirkan, tumbuh dan makan.
2. Jiwa (ruh) hewan, mencakup semua daya yang ada pada manusia dan hewan. Ia mendefinisikan ruh ini sebagai sebuah kesempurnaan awal bagi tubuh alamiah yang bersifat mekanistik dari satu sisi, serta menangkap berbagai parsialitas dan bergerak karena keinginan.9
3. Jiwa (ruh) rasional, mencakup daya-daya khusus pada manusia. Jiwa ini melaksanakan fungsi yang dinisbatkan pada akal. Ibnu Sina mendefinisikannya sebagai kesempurnaan awal bagi tubuh alamiah yang bersifat mekanistik, dimana pada satu sisi ia melakukan berbagai perilaku eksistensial berdasarkan ikhtiar pikiran dan kesimpulan ide, namun pada sisi lain ia mempersepsikan semua persoalan yang bersifat universal.10
Imam Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)
Sebagaimana Ibn Sina, al-Ghazali membagi jiwa menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Jiwa nabati (al-nafs al-nabatiyah), yaitu kesempurnaan awal baqgi benda alami yang hidup dari segi makan, minum, tumbuh dan berkembang.
2. Jiwa hewani (al-nafs al-hayawaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradat (kehendak).
3. Jiwa insani (al-nafs al-insaniyah), yaitu kesempurnaan awal bagi benda yang hidupdari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum.11
Jiwa insani inilah, menurut al-Ghazali di sebut sebagai ruh (sebagian lain menyebutnya al-nafs al-natiqah/jiwa manusia). Ia sebelum masuk dan berhubungan dengan tubuh disebut ruh, sedangkan setelah masuk ke dealam tubuh dinamakan nafs yang mempunyai daya (al-'aql), yaitu daya praktik yang berhubungan dengan badan daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak. Selanjutnya al-Ghazali menjelaskan bahwa kalb, ruh dan al-nafs al mutmainnah merupakan nama-nama lain dari al-nafs al-natiqah yang bersifat hidup, aktif dan bisa mengetahui.12
Ruh menurut al-Ghazali terbagi menjadi dua, pertama yaitu di sebut ruh hewani, yakni jauhar yang halus yang terdapat pada rongga hati jasmani dan merupakan sumber kehidupan, perasaan, gerak, dan penglihatan yang dihubungkan dengan anggota tubuh seperti menghubungkan cahaya yang menerangi sebuah ruangan. Kedua, berarti nafs natiqah, yakni memungkinkan manusia mengetahui segala hakekat yang ada. Al-Ghazali berkesimpulan bahwa hubungan ruh dengan jasad merupakan hubungan yang saling mempengaruhi.13 Di sini al-Ghazali mengemukakan hubungan dari segi maknawi karena wujud hubungan itu tidak begitu jelas. Lagi pula ajaran Islam tidak membagi manusia dalam kenyataan hidupnya pada aspek jasad, akal atau ruh, tetapi ia merupakan suatu kerangka yang saling membutuhkan dan mengikat; itulah yanmg dinamakan manusia.
Ibn Tufail (Awal abad IV/580 H/ 1185 M)
Menurut Ibn Tufail, sesungguhnya jiwa yang ada pada manusia dan hewan tergolong sebagai ruh hewani yang berpusat di jantung. Itulah faktor penyebab kehidupan hewan dan manusia beserta seluruh perilakunya. Ruh ini muncul melalui saraf dari jantung ke otak, dan dari otak ke seluruh anggota badan. Dan inilah yang yang menjadi dasar terwujudnya semua aksi anggota badan.14
Ruh berjumlah satu. Jika ia bekerja dengan mata, maka perilakunya adalah melihat; jika ia bekerja dengan telinga maka perilakunya adalah mendengar; jika dengan hidung maka perilakunya adalah mencium dsb. Meskipun berbagai anggota badan manusia melakukan perilaku khusus yang berbeda dengan yang lain, tetapi semua perilaku bersumber dari satu ruh, dan itulah hakikat zat, dan semua anggota tubuh seperti seperangkat alat".15
Ibn Taimiyah ( 661-728 H/1263-1328 M)
Ibn Taimiyah berpendapat bahwa nafs tidak tersusun dari substansi-substansi yang terpisah, bukan pula dari materi dan forma. Selain itu, nafs bukan bersifat fisik dan bukan pula esensi yang merupakan sifat yang bergantung pada yang lain.16 Sesungguhnya nafs berdiri sendiri dan tetap ada setelah berpisah dari badan ketika kematian datang.
Ia menyatakan bahwa kata al-ruh juga digunakan untuk pengertian jiwa (nafs). Ruh yang mengatur badan yang ditinggalkan setelah kematian adalah ruh yang dihembuskan ke dalamnya (badan) dan jiwalah yang meninggalkan badan melalui proses kematian. Ruh yang dicabut pada saat kematian dan saat tidur disebut ruh dan jiwa (nafs). Begitu pula yang diangkat ke langit disebut ruh dan nafs. Ia disebut nafs karena sifatnya yang mengatur badan, dan disebut ruh karena sifat lembutnya. Kata ruh sendiri identik dengan kelembutan, sehingga angin juga disebut ruh.17
Ibn Taimiyah menyebutkan bahwa kata ruh dan nafs mengandung berbagai pengertian, yaitu:
1. Ruh adalah udara yang keluar masuk badan.
2. Ruh adalah asap yang keluar dari dalam hati dan mengalir di darah.
3. Jiwa (nafs) adalah sesuatu itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT: ... Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang ... (QS. al-'An'am, 54).
4. Jiwa (nafs) adalah darah yang berada di dalam tubuh hewan, sebagaimana ucapan ahli fiqih,"Hewan yang memiliki darah yang mengalir dan hewan yang tidak memiliki darah yang mengalir".
5. Jiwa (nafs) adalah sifat-sifat jiwa yang tercela atau jiwa yang mengikuti keinginannya.18
Tentang tempat ruh dan nafs di dalam tubuh, Ibn Taimiyah menjelaskan: "Tidak ada tempat khusus ruh di dalam jasad, tetapi ruh mengalir di dalam jasad sebagaimana kehidupan mengalir di dalam seluruh jasad. Sebab, kehidupan membutuhkan adanya ruh. Jika ruh ada di dalam jasad, maka di dalamnya ada kehidupan (nyawa); tetapi jika ruh berpisah dengan jasad, maka ia berpisah dengan nyawa".19
Ibn Taimiyah menyatakan bahwa jiwa (nafs/ruh) manusia sesungguhnya berjumlah satu, sementara al-nafs al-ammarah bi al-su', jiwa yang memerintahkan pada keburukan akibat dikalahkan hawa nafsu sehingga melakukan perbuatan maksiat dan dosa, al-nafs al-lawwamah, jiwa yang terkadang melakukan dosa dan terkadang bertobat, karena didalamnya terkandung kebaikan dan keburukan; tetapi jika ia melakukan keburukan, ia bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Dan dinamakan lawwamah (pencela) karena ia mencela orang yang berbuat dosa, tapi ia sendiri ragu-ragu antara perbuatan baik dan buru, dan al-nafs al-mutmainnah, jiwa yang mencintai dan menginginkan kebaikan dan kebajikan serta membenci kejahatan.20
Ibn Qayyim al-Jauziyah (691-751 H/1292-1350 M)
Ibn Qayyim al-Jauziyah Menggunakan istilah ruh dannafs untuk pengertian yang sama. Nafs (jiwa) adalah substansi yang bersifat nurani 'alawi khafif hayy mutaharrik atau jism yang mengandung nur, berada di tempat yang tinggi, lembut, hidup dan bersifat dinamis.Jizm ini menembus substansi anggota tubuh dan mengalir bagaikan air atau minyak zaitun atau api di dalam kayu bakar. Selama anggota badan dalam keadaan baik untuk menerima pengaruh yang melimpah di atasnya dari jismyang lembut ini, maka ia akan tetap membuat jaringan dengan bagian-bagian tubuh. Kemudian pengaruh ini akan memberinya manfaat berupa rasa, gerak dan keinginan.21
Ibn Qayyim menjelaskan pendapat banyak orang bahwa manusia memiliki tiga jiwa, yaitu nafs mutmainnah, nafs lawwamah dan nafs amarah. Ada orang yang dikalahkan oleh nafs mutmainnah, dan ada yang dikalahkan oleh nafs ammarah.
Mereka berargumen dengan firman Allah:
Wahai jiwa yang tenang (nafs mutmainnah) ...
(QS. Al-Fajr: 27).
Aku sungguh-sungguh bersumpah dengan hari kiamat dan aku benar-benar bersumpah dengan jiwa lawwamah
(QS. al-Qiyamah: 1-2)
Sesungguhnya jiwa itu benar-benar menyuruh kepada keburukan (nafs ammarah)
(QS. Yusuf: 53)
Ibn Qayyim menjelaskan bahwa sebenarnya jiwa manusia itu satu, tetapi memiliki tiga sifat dan dinamakan dengan sifat yang mendominasinya. Ada jiwa yang disebut mutmainnah (jiwa yang tenang) karena ketenangannya dalam beribadah, ber-mahabbah, ber-inabah, ber-tawakal, serta keridhaannya dan kedamaiannya kepada Allah. Ada jiwa yang bernamanafs lawwamah, karena tidak selalu berada pada satu keadaan dan ia selalu mencela; atau dengan kata lain selalu ragu-ragu, menerima dan mencela secara bergantian. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwanafs lawwamah dinamakan demikian karena orangnya sering mencela. Sedangkan nafs ammarah adalah nafsu yang menyuruh kepada keburukan.22
Jadi, jiwa manusia merupakan satu jiwa yang terdiri dari ammarah, lawwamah dan mutmainnah yang menjadi tujuan kesempurnaan dan kebaikan manusia. Sehingga ada kemiripan antara pendapat Ibn Qayyim dengan pendapat Ibn Taimiyah tentang tiga sifat jiwa ini.
Ibn Qayyim juga menjelaskan dan membagi menjadi tiga kelompok kaum filosof yang terpengaruh oleh ide-ide Plato. Ia menyebutkan tiga jenis cinta pada masing-masing kelompok tersebut, yaitu:
1. Jiwa langit yang luhur (nafs samawiyah 'alawiyah)dan cintanya tertuju pada ilmu pengetahuan, perolehan keutamaan dan kesempurnaan yang memungkinkan bagi manusia, dan usaha menjauhi kehinaan.
2. Jiwa buas yang penuh angkara murka (nafs sab'iyyah ghadabiyyah) dan cintanya tertuju pada pemaksaan, tirani, keangkuhan di bumi, kesombongan, dan kepemimpinan atas manusia dengan cara yang batil.
3. Jiwa kebinatangan yang penuh syahwat (nafs hayawaniyyah shahwaniyyah) dan cintanya tertuju pada makanan, minuman dan seks.23
Dari konteks pembicaraan Ibn Qayyim ini, dapat dipahami bahwa ketiga macam jiwa ini bukan berdiri sendiri dan bukan pula berarti jiwa yang yang tiga, tetapi ia merupakan tiga daya untuk satu jiwa.24
Filosof Lain
 Al-Nazzam berpendapat bahwa ruh adalah jism dan jiwa. Ia hidup dengan sendirinya. Ia masuk dan bercampur dengan badan sehingga badan tersebut menjadi bencana, mengekang dan mempersempit ruang lingkupnya. Keberadaannya dalam badan adalah untuk menghadapi kebinasaan badan dan menjadi pendorong bagi badan untuk memilih. Seandainya ruh telah lepas dari badan, maka semua aktivitas badan hanyalah bersifat eksidental dan terpaksa.
 Al-Jubba'i berpendapat bahwa ruh adalah termasuk jism, dan ruh itu bukan kehidupan. Sebab kehidupan adalah a'rad (kejadian). Ia beranggapan bahwa ruh tidak bisa ditempati a'rad.
 Abu al-Hudhail beranggapan bahwa jiwa adalah sebuh definisi yang berbeda dengan ruh dan ruhpun berbeda dengan kehidupan, karena menurutnya kehidupan adalah termasuk a'rad. Ia menambahkan, ketika kita tidur jiwa dan ruh kita kadang-kadang hilang, tetapi kehidupannya masih ada.
 Sebagian mutakallimin lain meyakini bahwa ruh adalah definisi kelima selain panas, dingin, basah dan kering. Tetapi mereka berbeda ketika membahas tentang aktivitas ruh. Sebagian berpendapat aktivitas ruh bersifat alami, tetapi sebagian lain berpendapat bersifat ikhtiyari.25
Penutup
Dalam filsafat dan tasawuf Islam, di samping istilah ruh dan al-nafs, ditemukan juga istilah al-qalb dan al-'aql. Empat istilah ini tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat ibarat kacang dengan kulit arinya.
Para ulama di atas hampir semua sepakat bahwa pengertian ruh adalah sama dengan nafs (kecuali Abu Hudhail). Hanya saja, ketika mereka berusaha mengupas lebih dalam lagi tentang peran, macam-macam, fungsi ruh dan tujuan penciptaan ruh bagi kehidupan manusia terkesan berbeda. Meskipun perbedaan tersebut amat tipis sekali karena kesemuaan pembahasan diatas saling berkaitan satu dengan yang lainnya yang terkadang pada proses dan fase tertentu mereka mendefinisikannya sama.
Terlepas dari pro dan kontra berbagai pendapat mengenai ruh dan hal-hal yang terkait dengannya, satu hal yang pasti, bahwa kebenaran tentang hakekat dari ruh itu sendiri tetap menjadi rahasia Allah semata dan Ia hanya membukakan sedikit celah pintu bagi manusia untuk mencoba membuka dan menyingkapnya secara utuh.
Bibliografi
Amin, Ahmad,
Hayy bin Yaqzan li Ibn Sina wa Ibn Tufail wa al-Suhrawardi, cet. III, Kairo: Dar al-Ma'arif, 1966.
al-Asy'ari, Imam Abu Hasan Ali bin Isma'il,
Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, terj. Rosihan Anwar, Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Damej, M. Amin,
Majmu'ah al-Rasail al-Muniriyah, juz 2, 1970.
al-Jauziyah, Ibn Qayyim,
Kitab al-Ruh, ditahkikkan oleh Sayyid Jamili, cet. I, Bairut: Dar al-Kitab al-'Arabi, 1986.
Al-Jauziyah, Ibn Qayyim,
Raudah al-Muhibbin wa Nuzah al-Mushtaqin, Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabi tt.
Lane, Edward William,
Arabic-English Lexicon, London: Islamic Texts Society Trust, 1984.
Manzur, Ibn,
Lisan al-'Arab, ttp, Dar al-Ma'arif, t.th..
Mubarok, Achmad,
Jiwa dalam Al-Qur'an, Jakarta: Paramadina, 2000.
Najati M. 'Uthman,
Al-Dirasah al-Nafsaniyyah 'inda al-'Ulama' al-Muslimin, terj., Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.
Othman, Ali Issa,
Manusia menurut Al-Ghazali, cet. II,Bandung: Pustaka, 1987.
Redaksi, Dewan,
Ensklopedi Islam vol. 4, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 1993.
Sina, Ibn,
Ahwa al-Nafs, ditahkik oleh Ahmad Fuasd al-Ahwani Kaira: Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, 1952.
Taimiyah, Ibn,
Risalah fi al-'Aql wa al-Ruh, tt.
Warson, Ahmad Warson,
Al-Munawwir, Yogyakarta: Pesantren Al-Munawwir, 1984.
1 Materi manusia merupakan saripati tanah liat yang merupakan cikal bakal Nabi Adam dan keturunannya. Materi atau sel benih (nutfah) ini, yang semula adalah tanah liat, setelah melewati berbagai proses, akhirnya menjadi manusia. Tanah liat berubah menjadi makanan (melalui tanaman dan hewan). Makanan menjadi darah, darah menjadi sperma dan indung telur. Sperma kemudian bersatu dengan indung telur dalam suatu wadah (QS. 23:14) hasil dari persatuan yang terjadi di dalam rahim, setelah melalui proses transformasi yang panjang sehingga menjadi resam tubuh yang harmonis(jibillah) dan menjadi cocok untuk menerima ruh. Adapun penerimaan ruh ini semuanya langsung dari Allah, dan ini diberikan tatkala embrio sudah siap dan cocok untuk menerimanya. Lihat Ali Issa Othman, Manusia menurut Al-Ghazali, cet. II (Bandung: Pustaka, 1987), 115.
2 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur'an (Jakarta: Paramadina, 2000), 128.
3 Ibn Manzur, Lisan al-'Arab, ttp (Dar al-Ma'arif, t.th), 1763-1771. Lihat juga, Ahmad Warson M., Al-Munawwir(Yogyakarta: Pesantren Al-Munawwir, 1984), 1232.
4 Ibn Manzur, Lisan...
5 Edward William Lane, Arabic-English Lexicon (London: Islamic Texts Society Trust, 1984), 1182.
6 Jiwa Dalam Al-Qur'an, 128.
7 Ibn Manzur, Lisan..., 1768.
8 'Uthman, Najati, M., Al-Dirasah al-Nafsaniyyah 'inda al-'Ulama', al-Muslimin, terj. (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), 144.
9 Ibn Sina, Ahwa al-Nafs, ditahkik oleh Ahmad Fuasd al-Ahwani (Kaira: Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, 1952), 258.
10 Ahwa al-Nafs, 62-65.
11 Dewan Redaksi, Ensklopedi Islam vol. 4 (Jakarta:Ichtiar Baru van Hoeve, 1993), 174.
12 Ensiklopedi Islam, 147.
13 Ensiklopedi Islam vol. 4, 176.
14 Ahmad Amin, Hayy bin Yaqzan li Ibn Sina wa Ibn Tufail wa al-Suhrawardi, cet. III (Kairo: Dar al-Ma'arif, 1966), 37-38.
15 Hay bin Yaqwzan, 149.
16 Ibn Taimiyah, Risalah fi al-'Aql wa al-Ruh dalam M. Uthman Najati, al-Dirasah..., 342.
17 Majmu'ah al-Rasail al-Muniriyyah, 1970, 36-37.
18 M. Amin Damej, Majmu'ah al-Rasail al-Muniriyah, juz 2, 1970, 39-41 dimuat dalam al-Dirasah...,343.
19 Al-Dirasah...,47-48.
20 Al-Dirasah...,41
21 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Kitab al-Ruh, ditahkikkan oleh Sayyid Jamili, cet. Iv (Bairut: Dar al-Kitab al-'Arabi, 1986), 276.
22 Kitab al-Ruh, 330.
23 Ibn Qayyim al-Jauziyah, Raudah al-Muhibbin wa Nuzah al-Mushtaqin (Kairo: Dar al-Fikr al-'Arabi tt.), 259-287.
24 Ibid, 252-255.
25 Imam Abu Hasan Ali bin Isma'il Anwar (Bandung al-Asy'ari, Maqalat al-Islamiyin wa Ikhtilaf al-Mushallin, terj. Rosihan: Pustaka Setia, 1999), 69-71.
Penulis: M. Aqim Adlan
Penulis adalah guru Madrasah Aliyah Tribakti (Lirboyo) Kediri.
Kembali ke atas

Indeks > Artikel > Eksistensi Ruh
Dokumen lain
 KH Nuril Huda: Hukum Talqin Mayit
 Mau Beli Kitab Baru? Hati-Hati dengan Distorsi Wahabi
 Bagian Tiga: Fatwa-Fatwa Hukum Hizbut Tahrir
 Kisah Insyafnya Seorang Ulama Wahabi
 Bagian Dua: Ideologi Hizbut Tahrir
 Bagian Satu: Visi dan Misi Hizbut Tahrir
 KH. Abdullah Syamsul Arifin: NU dan Ahlussunnah Wal Jamaah
 Dua Puluh Nasihat dari Taurat
 Interseksi Kemiskinan, Terorisme & Khilafah di Nusantara
 Apakah Al-Qur'an Memerlukan Hermeneutika

Hak mencipta adalah kekuasaan Allah SWT.
Ketikan dan rancangan: ppssnh@telkom.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar